Headlines

Teka-Teki di Balik Mandegnya GNA Menguasai Libya

Banyak yang bertanya mengapa pemerintahan GNA Libya di Tripoli yang diakui dunia berhenti mengusir pemberontak dari kekuasaannya di Libya.

Saat ini, setelah berbulan-bulan dikepung di kantong kecil Tripoli, GNA berhenti mengejar pemberontak LNA yang berpusat di Tobruk itu.

Niat untuk menguasai Sirte dan Aljufra pun akhirnya terhenti.

Meski sudah terjadi perimbangan kekuatan usai GNA minta bantuan Turki, kelihatannya pihak-pihak di GNA memang masih ada yang tidak ingin kemenangan bagi pemerintahan Tripoli.

Bila dilihat dari sejarah terbentuknya GNA adalah hasil kesepakatan dua pihak sebelumnya yang bertikai. Yakni antara GNC yang memerintah di Tripoli dan LNA yang memerintah di Tobruk.

Dalam sebuah kesepakatan yang diinisiasi oleh Perserikatan Bangsa-bangsa terbentuklah pemerintahan kesepakatan GNA yang anggotanya terdiri setengah dari GNC dan setengah lagi dari LNA.

GNC akhirnya membubarkan diri. Namun LNA tidak. Dalam sebuah friksi berikutnya, GNA dan LNA malah bertikai walau setengah dari anggota GNA adalah wakil dari LNA.

LNA akhirnya membentuk pemerintahan sendiri di Tobruk. Dari sinilah malapetaka itu terjadi.

Satu persatu wilayah Libya takluk ke LNA dan hanya tinggal 2/3 Tripoli yang dikuasai GNA.

Namun saat Turki bersedia membantu GNA dan hampir bisa mengusir LNA dari bagian barat Libya, tiba-tiba anggota GNA yang sebelumnya berasal dari LNA mengatakan keberatan jika GNA menguasai Timur dengan menguasai Sirte dan Al Jufra.

Walau kelihatan di depan publik ada pertikaian sengit antara GNA dan LNA, sebenarnya ada ruang komando di belakang yang diketahui PBB yang terdiri dari 5 jenderal GNA dan 5 lainnya jenderal LNA.

Selain itu, ada juga hubungan tidak resmi antar tokoh-tokoh masyarakat di belakang layar.

Itulah yang membuat Turki akhirnya terlihat hanya bisa mengikuti ritme permainan yang ada.

Dan satu lagi faktor yang tidak selalu dilaporkan ke publik. Bahwa perusahaan minyak Libya tidak sepenuhnya di bawah kontrol salah satu pihak.

Lalu ketika Wagner, pasukan bayaran dari Rusia menguasai ladang-ladang minyak Libya perusahaan minyak Libya hanya bisa mengomel-omel.

Karena perusahaan ini sebenarnya mempunyai pasukan sendiri untuk menjaga objek vital dan sering tidak tunduk kepada GNA dan LNA.

Pasukan objek vital ini tidak ingin pasukan GNA masuk untuk melakukan perlindungan walau sebelumnya pasukan LNA dan belakangan Wagner justru masuk dan tidak bisa diusir.

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © Melayu Siam. Designed by OddThemes