Headlines

Saat Tiongkok dan Hindu India Mulai Klaim Kandahar, Afghanistan Sebagai Milik Mereka Secara Historis

Kota Kandahar sempat akan dijadikan ibukota oleh pemerintahan IEA Taliban di Afghanistan jika Kabul tidak sapat dikuasai.

Namun ternyata, Presiden Ashraf Ghani keburu kabur dan meminta suaka ke UEA. 

Kaburnya presiden diduga karena ingin dibunuh oleh wapres Amrullah Saleh yang kebelet kudeta dan memperkuat posisi eks Aliansi Utara yang kini sudah kalah di Panjshir usai diduduki Taliban.

Bahkan saat Kabul berhasil dikuasai Taliban, pemerintahan IEA tetap melempar wacana menggunakan Kandahar sebagai ibukota jika AS dkk tidak juga hengkang sebagaimana disepakati dalam perjanjian.

Belakangan, usai penarikan AS dkk dari bandara Kabul 31 Agustus 2021, wacana itu ditarik dan dibantah.


Walau begitu pemimpin tertinggi Taliban Hibatullah Akhundzada yang juga menjadi Amirul Mukminin bagi Afghanistan akan tetap berada di Kandahar sebagai pemimpin spiritual yang posisinya mirip dengan Ali Khamenei.

Di masa mendatang, posisi Kandahar akan semakin krusial dalam peta politik lokal karena Akhundzada tetap akan memainkan peran dalam pemilihan setiap kepala negara, presiden, menteri dan pimpinan militer.

India yang merasa 'kalah' dengan Pakistan dalam politik di Afghanistan mulai melakukan klaim historis ke kota Kandahar yang mereka sebut sebelumnya sebagai Gandhara.

Menurut mereka Gandhara adalah wilayah Hindu yang secara historis milik India.

Tak mau kalah, Tiongkok juga mengkalim bahwa Kandahar dulunya merupakan wilayah Dinasti Tang.

India, Pakistan dan Tiongkok memang mau tak mau terlibat dalam isu politik internal Afghanistan karena kedekatan budaya masing-masing.

Namun beberapa pihak memperkirakan ikut campur India ke dalam politik Afghanistan justru akan menarik Taliban yang kini berkuasa di Afghanistan dalam diskursi politik internal India sendiri.





Share this:

Post a Comment

 
Copyright © Melayu Siam. Designed by OddThemes